Sabtu, 21 Januari 2012

APAKAH LUKA MERUPAKAN KONSEKUENSI DARI CINTA?

APAKAH LUKA MERUPAKAN KONSEKUENSI DARI CINTA?
by Nancy Meinintha Brahmana on Thursday, 19 January 2012 at 08:30


Suatu judul yang panjang diakhiri dengan tanda tanya. Artikel ini memunculkan dua buah topik yang sebenarnya bertolak belakang namun sebagian manusia membawanya sebagai pasangan yang saling bergandengan tangan. Topik yang pertama adalah LUKA dan yang kedua adalah CINTA. Apakah keduanya dapat kita satukan ataukah keduanya berjalan sendiri? Hari ini kita mencoba untuk membahasnya secara sederhana.


LUKA, secara harafiah mempunyai arti: cedera pada kulit karena terkena benda tajam, dsb /Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal.436. Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa yang mendapat perasaan terluka dan sakit perih akibat benda yang mampu membuat luka sehingga kemungkinan mengeluarkan darah adalah kulit. Kulit diciptakan Tuhan sebagai indera perasa tubuh. LUKA adalah bentuk kata benda. Suatu benda dapat terlihat atau tidak terlihat. Luka pada kulit adalah benda yang dapat dilihat.


CINTA, mempunyai arti : perasaan sayang sekali, suka benar /KBBI, hal.166. CINTA dapat menjadi kata benda ataupun kata kerja.


Tuhan menciptakan manusia untuk dapat mencinta, mencintai dan terluka. Mencintai seseorang yang berarti mempunyai perasaan sayang sekali, suka benar kepada seseorang tersebut dapat mempengaruhi seluruh aspek hidup dan perilaku kehidupan seseorang. Bahkan orang jahat sekalipun apabila terkena cinta maka yang jahat dapat berubah menjadi baik. Seorang anak yang nakal yang tidak pernah merasakan cinta keluarga dapat berubah kehidupannya apabila mendapatkan cinta dari manusia. CINTA adalah kata lain dari KASIH. Cinta dan kasih bagaikan udara yang tiada terpisahkan. Bagaimana manusia dapat mencintai apabila tidak ada kasih? Atau, bagaimana ia dapat mengasihi apabila tidak disertai cinta? Lalu, apakah itu KASIH yang sebenarnya? ALKITAB menuliskan penjabaran tentang KASIH sebagai berikut: " Kasih itu sabar, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan, tidak bersukacita karena ketidakadilan, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." KASIH adalah landasan, alas, dasar dari CINTA. Di luar konteks ini, apa yang diperbuat oleh manusia yang dikatakan cinta kepadanya bukanlah cinta namun egoisme semata-mata. Kasih tinggal tetap, tidak digoyahkan oleh waktu. Kasih adalah dasar yang kuat sehingga tidak mampu mengguncangkan hati untuk tidak mengasihi.

Manusia yang sedang dalam keadaan mengasihi atau mencintai seseorang tidak akan melakukan kejahatan ataupun melukai seseorang yang dikasihinya. Dapat dikatakan pula manusia yang mempunyai kasih tidak akan melukai orang lain. Namun orang yang melukai orang lain dengan mengatakan cinta atau kasih, dapat dikatakan kebohonganlah yang sedang dikatakannya.


Dapatkah manusia terluka? Tentu saja manusia dapat terluka. Manusia adalah benda hidup yang bergerak dan bersentuhan dengan benda lain. Sentuhan tersebut dapat kemungkinan menjadi luka pada tubuh. Lalu, dapatkah HATI terluka? Keadaan hati terluka adalah suatu keadaan, rangsangan, yang dipicu oleh pemikiran serta pemahaman kata-kata yang masuk dalam diri seseorang, yang menyakitkan, apabila ia menerimanya untuk diambil menjadi bagian yang disimpan ataupun dinikmati dalam perasaan pemikirannya. Yang terluka adalah PERASAAN. Perasaan adalah pengembangan sikap dalam pemikiran manusia yang disertai pola pikir. Segala pemikiran manusia yang bertumbuh dari kecil membentuk jiwa dan pola pikir seseorang. Jiwa dan perasaan membentuk suara hati manusia. Manusia menyerap begitu banyak kondisi dalam lingkungan kehidupannya. Kondisi yang diserap diperoleh dari luar tubuhnya masuk ke dalam pemikirannya. Segala sesuatu dalam pemikiran manusia adalah milik manusia tersebut namun manusia itu dapat menolak pemikiran yang datangnya dari luar untuk tinggal tetap di dalam pemikirannya.

Apakah perasaan manusia dapat terluka? Tentu saja perasaan manusia dapat terluka apabila kondisi yang datangnya dari luar tersebut dia terima sebagai rangsangan yang menyukakan tubuhnya atau pemikirannya. Apakah manusia dapat menolak perasaan luka dalam dirinya? Tentu saja manusia dapat menolak setiap rangsangan atau kondisi yang berada di luar tubuhnya untuk dapat masuk ke dalam ruang pemikirannya. Lalu bagaimana sikap kita apabila itu terjadi? Manusia mempunyai impuls yang cepat yang di terima dari luar tubuhnya, namun sesaat pula manusia dapat menolak serangan yang datang untuk ke luar dan tidak boleh menetap dalam ruang pemikirannya, oleh sebab pola pikir yang bertumbuh.


Perasaan luka yang datang dari cinta bukanlah perasaan yang sehat. Apabila ada perbedaan pendapat ataupun cara pandang hendaknya diungkapkan menurut pola pikir dan pemahaman yang baik. Manusia yang berkorban bagi orang lain tidak akan merasa terluka atas pengorbanan yang telah diberikannya sebab yang dilakukan manusia tersebut berlandaskan kasih. Manusia yang menyimpan luka terhadap orang lain bukanlah sikap dari cinta ataupun kasih. Cinta ataupun kasih dapat mengenyahkan ataupun menutupi begitu banyak kesalahan sehingga manusia tidak perlu merasa terluka oleh karena cinta. CINTA TIDAK MELIHAT LUKA. Luka bukanlah konsekuensi dari cinta. Apabila engkau mencintai, mencintailah tanpa terluka. Apabila engkau mencintai, mencintailah tanpa melukai.




Nancy Brahmana, 19 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar