Minggu, 15 Januari 2012

RENCANA PEMBUATAN BIOGRAFI RAKOETTA SEMBIRING BRAHMANA

Ini bukan serangan fajar, namun rencana untuk menulis sejarah kepahlawanan dari seorang Rakoetta Brahmana sudah lama direncanakan oleh pihak keluarga dengan maksud agar generasi muda mengenal dan mengetahui adanya seorang pahlawan di Tanah Karo yang hampir tidak di dengar namanya. Namun yang dituliskan ini hanyalah sebagai pembukaan/ resume yang sedikit saja dibukakan agar yang sedikit ini dapat menggugah kita untuk semakin mencari tahu, menghormati salah satu pahlawan Tanah Karo ini dan mendukung pergerakan pembuatan buku biografi ini serta 'memburunya' nanti setelah terbit. Penulis akan memulai gerakan napak tilas pada awal Februari.

Rakoetta Sembiring Brahmana lahir di Desa Limang kecamatan Tiga Binanga, anak sulung dari Malem Sembiring Brahmana dan Bayang Tua br. Sebayang. Mempunyai seorang saudara kandung dan tujuh belas saudara tiri dari lima kali pernikahan ayahnya yang pada masa itu adalah Ketua Adat/ Pulu Limang.

Mengenyam pendidikan di Holland Inlandsch School di Kabanjahe pada tahun 1924, melanjutkan ke Perguruan Taman Siswa Medan. Selama bersekolah di Taman Siswa telah terlibat dalam gerakan Partai Nasional Indonesia. Keterlibatannya sebagai pemuda yang aktif di partai membawanya ke jenjang perjuangan yang lebih berat. Pada tahun 1930 Rakoetta mendirikan Indonesia Muda Cabang Medan.

Lama berkancah dalam dunia politik baik di PNI maupun GERINDO dan menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia pada Januari 1946, Komite Nasional Indonesia Tanah Karo mengadakan rapat di Kuta Gading Berastagi pada tanggal 13 Maret 1946 dan mengangkat Rakoetta menjadi Bupati Karo pertama setelah adanya penghapusan Swapraja (pemerintahan sendiri). Komite Nasional Indonesia berubah nama menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Rakoetta menjadi Ketua DPRD kala itu.

1 Agustus 1947 tentara Belanda menguasai kota Kabanjahe dan Berastagi, Bupati Rakoetta Brahmana memindahkan ibunegeri Tanah Karo ke Tiga Binanga. Namun sehari sebelum tentara Belanda menduduki Kabanjahe dan Berastagi rakyat membumihanguskan seluruh kota beserta 51 desa di Tanah Karo sehingga menjadi lautan api. Untuk melancarkan roda perekonomian rakyat di daerah yang belum diduduki Belanda, Bupati Rakoetta mengeluarkan uang pemerintah Kabupaten Karo yang di cetak secara sederhana dan digunakan sebagai pembayaran yang sah di daerah Kabupaten Karo pada tanggal 20 November 1947 dengan no.registrasi No.20490 nilai tukar Rp. 1000 perlembar.

Akibat serangan pasukan Belanda yang semakin gencar, pada tanggal 25 November 1947 Tiga Binanga jatuh ke tangan Belanda, Bupati Rakoetta memindahkan pusat pemerintahan Kabupaten Karo ke daerah Lau Baleng. Di Lau Baleng kesibukan utama yang dihadapi Bupati beserta rekan sekerja adalah menangani pengungsi yang berdatangan dari segala pelosok desa dengan mengadakan dapur umum dan pelayanan kesehatan, serta pencetakan uang pemerintahan Kabupaten Karo untuk membiayai perjuangan. Pada tanggal 7 Februari 1948, pemerintahan Kabupaten Karo pindah dari Lau Baleng ke Kuta Cane. Rakoetta memimpin Tanah Karo selama dua periode. Periode pertama 1946-1949, periode kedua 1949-1953.

Rakoetta Sembiring Brahmana diangkat sebagai Bupati Asahan pada tahun 1954 dan merangkap sebagai walikota Tanjung Balai karena kekosongan pemimpin pada masa itu. Tahun 1957 Rakoetta Brahmana menjadi anggota Konstituante Fraksi PNI. Pada tahun 1960 Rakoetta diangkat menjadi walikota Pematang Siantar. Pada masa sebagai Walikota Pematang Siantar Rakoetta membuka daerah perluasan sehingga dapat dilalui antara Pematang Siantar dan Kabanjahe. Rakoetta semasa hidupnya yang letih dan penuh perjuangan tidak lupa membuat suatu buku yang berjudul Corat-Coret Budaya Karo. Rakoetta Sembiring Brahmana tutup usia pada tanggal 28 Januari 1964.

Puisi ini akan mendahului lembar berikutnya dalam buku Rakoetta.


RAKOETTA
by Nancy Meinintha Brahmana on Wednesday, 1 September 2010 at 12:54
mengumpulkan ingatan tentangmu, wahai kekasih lama!
pijar hatiku berdegup kilat tatap matamu
kata tunjuk budak berlari
sepatah kata terucap seribu menanti,
pahlawan pujaan hati

"Tebas rambung agar dua daerah terhubung!"

Siantar tergopoh mengayun parang
merujuk kata sang komandan
tanpa satu bantahpun dapat menghalang
dikau pahlawan bernama RAKOETTA!

berat suara menghadang tantang
gagah mengawal ketika Hatta hendak dibuang

"Kita pergi ke Bukit Tinggi siapa menghadang kita tebang!"

balik kainmu adalah juntai selimut terkoyak
menimbun harta tidak teringat dalam benak
namamu kaya diingat tuatua berselimut lemak!

Asahan jarahan sawit berlapis getah
dataran tinggi Karo buah sayur melimpah
hijaukah tanganmu menatah?

"Buatlah padang penghargaan haribaan di Kabanjahe kota!
Agar tertoreh tiap nama para pahlawan darah!"

kini kekasih lama, diingatkah teman?
anakmu, adikmu, sanak saudaramu, daerahmu, ternyata
Terlalu miskin untuk menoreh namamu agar selalu dikenang
wahai pahlawan bangsa!

"Mari kita toreh kenang pada jalan berliku nama kekasih kita RAKOETTA"

Pemerintah kita ternyata tidak mengenal pendahulunya
ketika pipa bercangklong alis mengernyit membaca surat permohonan:
"RAKOETTA? Siapa dia?
Perlukah membuat nama jalannya?"

kita masih mempunyai anak cucu
ingin mengenang dan membicarakan kegagahan leluhurnya
seperti bangsa Israel yang rajin mencatat silsilahnya
sehingga mereka tidak terhilang
tidak terbuang....


Nancy Meinintha Brahmana

Cucu bungsu RAKOETTA BRAHMANA dari anak pertama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar